Selasa, 06 Maret 2012

Metode Pembelajaran Bahasa Arab

1. Metode bercakap-cakap (Muhadasah)
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa Arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan utama pengajaran bahasa Arab adalah agar sisw mampu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa Arab dan membaca Al-Qur'an, dalam salat dan do’a-do’a. yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan.
Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid. Sambil menambah dan terus memperkaya perbendahraan kata-kata (Vocabulary) yang semakin banyak.
Di lembaga-lembaga pesantren modern seperti pesantren Gontor Ponorogo Jawa timur sangat menekankan metode muhadasah ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah diharuskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggis, meskipun mula-mula arti pembicaraan belum begitu dipahami tapi lama-kelamaan sedikit demi sedikit anak didik mulai mengerti dan memahaminya. Sehinga banyak kalangan orang menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh Pesantren Gontor ini sangat efektif dan dapat dicontoh.
Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang dimulai dengan percakapan (berbicara) ini, mula-mula ia ucapkan kata-kata yang dianjurkan oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun katakata dan akhirnya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia ucapkan itu. Jadi bukan tata bahasanya (Qawaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih percakapannya. “Sudah bisa karena biasa”, inilah metode alamiah dan berhasil guna.
Tujuan pengajaran muhadasah
1) Melatih lidah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara dalam bahasa Arab
2) Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui
3) Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, radio, TV, tape recorder dan lain-lain
4) Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan Al-Qur'an, sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya.
Metode mengajarkan muhadasah
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam mengajarkan ini, yaitu :
1) Mempersiapkan acara/materi muhadasah dengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan (SP tertulis)
2) Materi muhadasah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan memberikan muhadasah dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang panjang yang tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan memulai memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralatan rumah tangga. Dan setelah bahasa Arabnya maju maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kata-kata menjadi kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaraan terus semakin diperluas dan dikembangkan selalu.
3) Menggunakan alat peraga (sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi anak tentang arti dan maksud yang terkandung pada muhadasah. Disamping itu dapat menarik perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan. Sebagai contoh : Guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada ditangannnya : kemudian disuruhlah salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang sempurna, misalnya : (yang di tanganmu kitab). Dan begitulah seterusnya.
4) Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam muhadasah, dengan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya menyimak dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya.
5) Pada muhadasah tingkat lebih tinggi atas, anak didiklah yang lebih banyak berperan, sedangkan guru yang menentukan topik yang akan dimuhadasahkan. Dan setelah acara dimulai, peranan guru hanya mengatur jalannya muhadasah, agar jalannya muhadasah tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
6) Setelah muhadasah selesai dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawab dan hal-hal lain yang perlu untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, maka guru mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh murid untuk mencatat di buku tulisnya.
7) Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil, bukan hanya penguasaan pasif. Jika bertemu orang Arab, tak mampu murid-murid berbicara/ berkomunikasi. Alangkah janggalnya.
8) Di dalam kelas, guru harus selalu berbicara di dalam bahasa Arab. Mustahil murid-murid akan pandai berbahasa Arab, jika gurunya tak pernah / jarang bicara bahasa Arab.
9) Jika muhadasah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru sebaiknya, dapat menetapkan batas dan materi yang akan disajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muhadasah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab.
10) Mengakhiri pertemuan pengajaran, dengan memberi dorongan dan semangat siswa untuk lebih giat lagi.
Saran-saran yang harus diperhatikan dalam muhadasah
1) Berani melakukan / mempraktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut akan salah. Prinsip yang harus dipegangi : “Yang penting berbicara / ngomong soal salah itu biasa, toh nanti akan baik dengan sendirinya”.
2) Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinyu. Kita dapat memperhitungkan, jika setiap hari kita dapat menghafal 10 kosakata, maka dalam satu bulan berarti kita telah dapat menguasai kosa kata bahasa Arab sebanyak 300 kata. Nah, kalau satu tahun? Kalikan saja. Berapa jumlah kosa kata dapat kita hafal.
3) Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan, agar menjadi fasih dan lancar, sehingga secara spontan, kapan dan dimana saja diperlukan. Caranya mengajar orang lain yang pandai, untuk diajak bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Atau dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain, baik melalui radio-siaran radio berbahasa Arab, TV, tape recorder, dan lain-lain
4) Terus-menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa Arab. Buku-buku petunjuk mengenai percakapan bahasa Arab, sangat membantu kemajuan percakapan bahasa Arab anda.
5) Menciptakan lingkungan dalam suasana bahasa Arab.
6) Mencintai guru dan teman yang pandai bahasa Arab. Jadikan mereka sebagai teman setia. Dalam saat-saat tertentu, mereka dapat dijadikan sebagai tempat bertanya.
7) “Ajarkanlah bahasa itu, jangan hanya mengajarkan tentang bahasa itu”. Ajar dan latihlah anak-anak berbicara bahasa Arab, jangan hanya mengajar ilmu bahasa (Qawaid-qawaid melulu).

2. Metode Muthla’ah (Membaca)
Metode muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran denagn c`ara membaca, baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati.
Melalui metode muthala’ah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan lafal kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fasih, lancar dan benar. Tidak sembarang membaca, akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca., tebal tipisnya bacaan. Sebab, salah dalam mengucapkan tanda baca, akan berakibat kesalahan arti yang dimaksud.
Tujuan pengajaran muthala’ah
Pengajaran muthala’ah bertujuan untuk :
1) Melatih anak didik terampil membaca huruf Arab dan Al-Qur'an dengan memperhatikan tanda-tanda baca, misalnya tanda baca dhammah ( ), tanda fathah ( ), tanda kasrah ( ), sadddah ( ), dan tanda tanwin ( ), dan lain-lain.
2) Dapat membedakan bacaan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya, dan antara kalimat bahasa Arab yang samar, sehingga fasih lafadznya, lancar membacanya dan benar dalam pemakaiannya, tepat bacaan.
3) Dapat melagkan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan Al-Qur'an secara tepat dan menarik hati
4) Melatih anak didik untuk dapat membaca dan mengerti serta paham apa yang dibacanya / tidak verbalisme
5) Agar anak didik dapat membaca, membahas dan meneliti buku-buku agama, karya-karya ulama-ulama besar dan pemikir (filsuf-filsuf) Islam yang umumnya karya mereka ini ditulis dalam bahasa Arab. Di Indonesia buku semacam ini dikenal dengan istilah “Kitab Kuning”, atau Kitab Gundul, karena ditulus dalam bahasa Arab yang tidak ada tanda / harakatnya (tanpa tanda baca yang lengkap)
Metode pengajaran muthala’ah
1) Apresepsi dan Pre Test
Setiap awal pelajaran hendaklah dimulai dengan apresepsi dan pre test. Pre test yaitu menghubungkan pelajaran yang telah diberikan, dengan pelajaran yang akan disajikan, sehingga pengajaran menjadi kontekstual dan relevan
2) Sebelum guru membaca buku pelajaran yang akan dipelajari, suruhlah akan didik untuk membaca buku bacaannya, jika ada, dan menyimak bacaan gurunya secara baik dan tertib. Setelah selesai membaca adakanlah bersoal jawab dengan anak didik, sehingga mengerti dan paham betul mengenai bacaan tersebut.
3) Guru menawarkan kepada murid, untuk mengulangi bacaan yang baru saja dibaca oleh gurunya, kemudian menunjuk di antara yang pandai untuk membaca. Sedangkan yang lain aktif menyimak dan memperhatikan bacan temannya itu.
4) Setelah selesai membaca diantara siswa yang disruh tadi, maka kemudian adakanlah diskusi dan bersoal jawab terhadap bacaan tersebut. Apakah terdapat kekuarangan atau kesalahan. Dan kalau terdapat kesalahan, suruhlah temannya yang lain untuk membenarkannya. Dalam hal ini hendaknya diperhatikan juga, bahwa dalam membetulkan suatu kesalahan, janganlah disaat-saat “kalimat” yang dibaca belum selesai. Sebab hal itu akan dapat berakibat makna bacaan menjadi terputus, disamping dapat menghambat konsentrasi anak didik.
5) Dan jika acara bacaan itu terlalu panjang, maka sebaiknya bacaan tersebut dibagi-bagi dalam bagian pendek / terkecil, agar sederhana dan mudah dimengerti. Dan setelah bagian tertentu dapat diselesaikan, maka dilanjutkan pada bagian yang lain, sehingga akhirnya sampai selesai secara keseluruhan
6) Dalam memberikan penjelasan, hendaklah disertai dengan contoh-contoh, dan menuliskan arti kata-kata sulitnya di papan tulis untuk dicatat oleh anak didik
7) Pada akhir setiap pelajaran selesai, guru jangan lupa menyiapkan kata-kata nasihat kepada anak didik agar tergugah / terangsang untuk giat belajar dan rajin mengulangi pelajaran yang lain.
Saran-saran yang perlu diperhatikan
1) Bahan bacaan hendaklah disesuaikan dengan taraf pengembangan dan kemampuan anak didik
2) Jika dianggap perlu, upayakanlah alat peraga (media pengajaran), sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam memahami bacaan yang disajikan
3) Mula-mula guru hendaklah membacakan acara pelajaran itu dengan terang. Tidak terlalu keras hingga dapat mengganggu ketenangan kelas lain. Dan sebaliknya tidak pula terlalu kecil / lembek, sehingga tidak dapat didengar oleh anak didik yang duduk di belakang.
4) Adakanlah selingan dalam bacaan, jangan suruh anak disuruh membaca terus-menerus, sehingga dapat menyebabkan anak didik menjadi bosan dan jenuh. Yang akhirnya dapat berakibat lebih jauh.
5) Kesimpulan dan kata-kata sulit dari bacaan, hendaknya dituliskan di papan tulis, untuk kemudian menyuruh anak didik mencatatnya.
Membetulkan kesalahan dalam membaca
Kesalahan membaca dalam bahasa Arab dan Al-Qur'an akan berakibat salah pula dalam pengertian dan makna yang terkandung di dalam bacaan. Oleh sebab itu, perlu hati-hati dalam membacanya. Apalagi bacaan Al-Qur'an. Kesalahan dalam membaca, dapat disebabkan antara lain sebagai berikut :
1) Kesalahan dalam mengucapkan kata-kata dan huruf-huruf seperti kesalahan makhrajnya. Misalnya lafadz syim ( ), diganti dengan lafad sin ( ), dan lafadz dhat ( ) diganti dengan lafadz tha ( ), serta lafadz aain ( ) dibunyikan dengan ghain. Dan seterusnya.
2) Tidak mempedulikan tanda-tanda baca Arab. Misalnya sabdu / syaddah ( ), tanda Dhammah ( ), tanda kasrah ( ), dan tanwin ( ), dan tanwin ( ). Dan lain-lain sebagainya, sehingga kesalahan dapat berakibat fatal.
3) Kesalahan dalam tajwidnya, yang sebetulnya bacaannya harus ditebalkan, menjadi ditipiskan. Dari yang tadinya harus didengungkan menjadi bacaannya tidak didengungkan. Dan dapat pula terjadi kesalahan dalam tanda berhenti. Dalam membaca Al-Qur'an, tanda berhenti ini dapat berakibat salah dalam pengertian, manakala tanda berhenti, tidak diperhatikan. Jika terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka guru jangan memberikan kesalahan itu menjadi berlarut, sehingga menjadi terbiasa dalam kesalahan. Misalnya seharusnya dibaca alhamdulillah hirobbli alamin ( ).
Cara membetulkan kesalahan
Cara membetulkan kesalahan dapat kita lakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Kesalahan dapat dibetulkan di saat-saat selesai membaca dalam satu kalimat yang sempurna, setelah kemudian dibetulkan, baru kita lanjutkan lagi pada kalimat seterusnya. Cara ini lebih efisien dan lebih berhasil.
2) Setelah anak didik selesai kemudian membacakan bagian bacaan yang telah ditetapkan secara keseluruhan. Misalnya anak didik salah membaca ditengah-tengah, maka cara membetulkannya yakni apabila anak didik tersebut merampungkan semua bacaan itu. Hal itu dimaksudkan agar cara bacaan tidak terputus dan tidak terpenggal, sehingga dapat pula mengganggu konsentrasi anak didik.

3. Metode Imla’
Metode Imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.
Tujuan imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
1) Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
2) Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetapi terampil pula menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi integral. (terpadu)
3) Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa Arab.
4) Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
5) Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
6) Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.
Metode mengajarkan imla
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat/ menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara, guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing.
Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut :
1) Memberikan, persepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a) Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
b) Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
c) Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
d) Setelah selesai membaca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
e) Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
f) Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
g) Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
h) Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
3) Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a) Mengadakan persepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’
b) Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
c) Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
d) Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
e) Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
f) Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.
4) Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum, jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan
Saran-saran dalam imla’
1) Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi dan terang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembek sehingga tidak didengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa.
2) Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
3) Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
4) Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
5) Mengadakan evaluasi / post test.

4. Metode Insya’ (mengarang)
Metode insya’ yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab. Untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya.
Melalui metode ini diharapkan siswa dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikirnya menjadi berkembang dan tidak statis.
Tujuan pembelajaran insya’
1) Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Arab.
2) Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis berupa karangan lisan
3) Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden dalam bahasa Arab
4) Siswa dapat mengarang buku-buku cerita yang menarik
5) Siswa dapat menyajikan berita/ peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah lainnya, yang aktual dan merangsang.
Metode mengajarkan insya’
1) Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka
2) Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana
3) Sedangkan pada kelas-kelas atas, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung pengertian yang utuh
4) Sedangkan pada kelas / tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik / tema karangan atau insya’. Apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa mengembangkannya
5) Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, dan berdiskusi mengenai hasil karya mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi
6) Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik
7) Guru mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gunanya
8) Guru mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasehat yang berguna bagi anak didik
Saran-saran yang perlu diperhatikan
1) Guru hendaknya merencanakan pengajaran insya’ secata matang
2) Dalam memilih topik insya’ maka perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis
3) Pada umumnya tugas resitasi (pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar dan terlatih dalam insya’. Asalkan tidak terlalu sering dilakukan.

5. Metode Mahfudzat (Menghafal)
Metode mahfudzat atau menghafal, yakni cara menyajikan materi pelajaran bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmh, dan lain-lain yang menarik hati.
Pada umumnya pelajaran menghafal syair-syair, kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, sangat digemari oleh anak didik. Terutama pada tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Apalagi materi mahfudzat menarik dan menyentuh perasaan anak didik. Di bawah ini satu contoh materi mahfudzat yang menarik :

“Yang dikatakan pemuda ialah yang berkata : Inilah aku, bukanlah seorang pemuda kala ia berkata Bapakku Si Anu”
Demikian pula pada syair yang berbunyi :
“Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaknya tetap baik, bila akhlak mereka rusak, maka sirnalah bangsa itu” (Syair karya : Syauqi)
Tujuan materi mahfudzat
1) Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya ingatan
2) Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan
3) Mempermudah siswa dalam mempelajari sastra Arab, dan uslub-uslub gaya bahasa yang menarik hari, sebab telah terbiasa menghafal bait-bait yang panjang
4) Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur
5) Melatih anak didik agar baik ucapannya, indah perkataannya, menarik hari pendengar-pendengarnya
6) Melatih jiwa dan mental yang disiplin
Metode mengajarkan mahfudzat
1) Mengadakan apersepsi dan atau pre test
2) Materi pelajaran mahfudzat harus disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik
3) Materi mahfudzat menarik hati dan dapat mendorong semangat dedikasi yang tinggi
4) Pada kelas-kelas dasar, materi mahfudzat dipilih kalimatnya yang tidak terlalu panjang. Pada kelas-kelas yang sudah maju dapat diberikan cerita-cerita menarik, syair-syair yang indah, dan kata-kata hikmah yang dapat menggugah jiwa dan semangat anak didik
5) Menuliskan materi mahfudzat di papan tulis denagn tulisan yang indah dan menarik. Dan membacanya bersama-sama agar hafalan benar-benar membekas
6) Sering-sering melakukan ulangan hafalan
Teknik menghafal mahfudzat
1) Guru membacakan teks mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua siswa bersama-sama, hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji masing-masing siswa tentang hafalannya di depan kelas dengan fasih. Dan setelah semua mendapatkan giliran, baru murid disuruh menyalinnya di buku tulis.
2) Membacakan mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul
3) Kebalikan dari point 2 : yaitu dengan cara membagi dalam bagian yang kecil materi mahfudzat dan dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, berpindah ke bagian yang lain, dan seterusnya hingga semuanya hafal di luar kepala.

6. Metode Qawa’id (Nahwu Saraf)
Pada umumnya banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu disamakan dengan nahwu saraf, lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak.
Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam mengajar. Sistem dan metode pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan nahwu saraf dari pada Ta’bir (percakapan), Mutala’ah (membaca), dan Imla’ (menulis). Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab itu dengan nahwu saraf itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang telah mengetahui tata bahasa Arab, maka dengan sendirinya menguasai bahasa Arab. Padahal nahwu saraf itu baru merupakan satu bagian dari bahasa Arab, yang tidak mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti. Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka.
“Mudahkanlah, dan jangan disulitkan mereka”
Kalu dalam bahasa Indonesia Qawaid/ nahwu saraf itu searti dengan “Tata Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, agak aneh kalau pengajaran bahasa Arab ini mendahulukan saraf/qawaid daripada muhadasah, muthala’ah, imla’, yang seharusnya dapat diajarkan sambil lalu

Metode mengajarkan nahwu saraf (Qawaid)
1) Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian anak didik
2) Pada contoh-contoh yang diberikan itu, hendaklah ditulis di papan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya
3) Pada saat guru menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran nahwu saraf, pengertian siswa penuh terpusat kepada materi

Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Al-Ghazzawi yang dikutip kembali oleh Prof. Dr. Azhar Arsyad, bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang banyak digunakan oleh masarakat dunia, yang dituturkan oleh lebih dari 200.000.000 (dua ratus juta) umat manusia dan bahasa ini digunakan secara resmi oleh kurang lebih 20 (dua puluh) Negara. Bahasa Arab adalah salah satu bahasa hidup, yang dipakai sehari-hari dan merupakan bahasa resmi di Saudi Arabia, Marokko, Aljazair, Libya, Tunisia, Mesir, Sudan, Lebanon, Syria, Irak, Kuwait, Iran, Uni Emirat Arab, Mesir, Palestina, dan beberapa negara di semenanjung Arabia. Di samping itu bahasa Arab juga merupakan bahasa kitab suci al-Qur'an dan al-Hadist. Bahasa Arab adalah bahasa ilmu pengetahuan agama Islam. Disamping digunakan sebagai alat komunikasi bahasa Arab juga dipakai sebagai bahasa ilmu pengetahuan, sehingga sangat menarik untuk dipelajari. Dalam ritual ibadah khususnya sholat, haji, dan doa juga menggunakan bahasa Arab.
Dari uraian singkat di atas, dapat dipahami bagi siapa saja yang ingin mempelajari ilmu pengetahuan agama Islam lebih mendalam, sebelumnya ia perlu menguasai bahasa Arab, karena dengan menguasai bahasa Arab pintu gerbang untuk mendalami al-Qur'an, hadist dan ilmu pendukungnya menjadi terbuka lebar.
Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 dan 29 Tahun 1990, yang dimaksud dengan Madrasah adalah sekolah umum yag berciri khas agama Islam. Jadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah sekolah yang berciri khas agama Islam yang setingkat sekolah dasar. Pelajaran bahasa Arab di madrasah sudah barang tentu diajarkan karena bahasa Arab termasuk bagian dari pelajaran yang harus diajarkan di madrasah, mulai dari tingkat MI sampai perguruan tinggi.
Para lulusan madrasah seyogyanya memiliki kebanggaan tersendiri karena kemapuannya dalam membaca, menulis dan memahami bahasa Arab, yang merupakan kunci untuk memahami al-Qur'an dan Hadis serta kitab-kitab keagamaan klasik. Sayangnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Arab para lulusan madrasah semakin menurun, kalau tidak bisa dikatakan sangat lemah. Salah satu contoh untuk mendukung pernyataan ini, bisa dilihat dari kasus para calon mahasiswa IAIN Jakarta (yang sekarang telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri), pada tahun 1995 berikut ini:
Persyaratan untuk diterima sebagai mahasiswa baru di UIN Jakarta pada tahun 1995 adalah bahwa calon harus mendapat nilai tes bahasa Arab minimal 6 sampai 10. Hasilnya lebih kurang hanya lima yang mendapat nilai tes bahasa Arab 7 – 9, 132 anak memperoleh nilai 5 – 7, dari lebih kurang hampir 5000 (lima ribu) calon yang mayoritas adalah para lulusan madrasah dan lainnya mendapat nilai kurang dari 5. Keadaan serupa ternyata tidak hanya terjadi di UIN Jakarta saja, akan tetapi juga terjadi di IAIN dari daerah lain dan PTAIS lainnya. Dengan kata lain, di IAIN dan PTAIS lainpun banyak calon mahasiswa yang tidak atau kurang mampu menguasai bahasa Arab sesuai dengan standar kemampuan menguasai bahasa Arab untuk lulusan Madrasah Aliyah.

Penurunan prestasi belajar khususnya pelajaran bahasa Arab pada dewasa ini menjadi perhatian dan sekaligus kekhawatiran yang dirasakan penulis dan ini juga merupakan salah satu faktor pendorong penulis dalam mengangkat tema ini dengan judul "Pengajaran Bahasa Arab di MI Miftakhul Huda Temanggung (Telaah Metode)".
Mengapa pengajaran bahasa Arab yang penulis kemukakan? Adanya gagasan untuk mengetengahkan masalah metode dalam tulisan ini, dimaksudkan untuk memberikan manfaat pada dunia pengajaran bahasa, khususnya bahasa Arab. Sebab, setiap orang yang bergelut di bidang ini pasti menyadari pentingnya metode pembelajaran yang selayaknya dikuasai oleh calon pendidik atau pengajar. Penguasaan materi ilmu bukanlah merupakan suatu jaminan kemampuan bagi seseorang untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun juga. Di samping itu, masalah metode bukanlah sesuatu yang mudah dicerna di dalam pengaplikasiannya (heuristik). Seperti yang ditulis oleh Edward M. Anthony dalam artikelnya dengan judul "Approach, Method and Technique" pada tahun 1963, dan dikutip kembali oleh Prof. Dr. Azhar bahwasannya lapangan pengajaran bahasa diusahakan bisa mencapai taraf ilmiah ketimbang hanya mengambang pada taraf eksperimental dan empiris dan bisa juga memperdalam hakekat belajar dan mengajar bahasa. Dan bagaimana teknik yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan merupakan pelaksanaan dari metode yang sifatnya implementatif.
Adapun alasan penulis memilih MI Miftakhul Huda Temanggung sebagai subjek penelitian adalah karena ada indikasi MI Miftakhul Huda Temanggung memiliki kelebihan dalam penguasaan bahasa Arab di antara MI-MI lainnya yang berada di wilayah sekecamatan Bulu, kabupaten Temanggung. Hal ini bisa dilihat dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh ketika ujian semester genap pada tahun ajaran 2004-2005, yakni dengan nilai rata-rata 7,65. Sedangkan nilai rata-rata pelajaran bahasa Arab untuk MI sekecamatan Bulu adalah 60,01.
Alasan inilah yang membuat penulis merasa perlu melakukan suatu peneltian. Bagaimana cara pengajaran bahasa Arab pada lembaga tersebut? Dan bagaimana peranan serta pengaruh guru –gurunya?
Penelitian ini diharapkan berhasil mendeskripsikan proses pengajaran bahasa Arab pada lembaga tersebut disertai analisis kelebihan dan kekurangannya, kemudian memberi sumbangan pikiran bagi pengajaran bahasa Arab bagi lembaga-lembaga pendidikan lain setingkat Madrasah Ibtidaiyah.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok masalah yang akan dikaji, yaitu:
1. Bagaimana pengajaran bahasa Arab di Madrsah Ibtidaiyah Miftakhul Huda Temanggung kelas V? Dan metode apa yang digunakan?
2. Mengapa para siswa kelas V MI Miftahul Huda berprestasi tinggi dalam pelajaran bahasa Arab?
3. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat keberhasilan pembelajaran bahasa Arab MI Miftahul Huda kelas V ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengajaran bahasa Arab di MI Miftakhul Huda pada kelas V Temanggung dan metode apa saja yang digunakan.
b. Untuk mengetahui mengapa prestasi pelajaran bahasa Arab kelas V itu baik.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat keberhasilan pembelajaran bahasa Arab di MI Miftakhul Huda Temanggung.

2. Kegunaan Penelitian
Penilitian ini diharapkan berguna :
a. Berguna bagi Madrasah Ibtidaiyah di Temanggung untuk menambah wawasan mengenai metode pengajaran bahasa Arab bagi para pengajar MI.
b. Menambah wawasan Bagi penulis sendiri dalam pengajaran bahasa Arab di MI.
c. Bagi dunia ilmu pengetahuan diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.
d. Bagi dunia pendidikan diharapkan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat menambah khazanah pustaka.

D. Kajian Pustaka
Sepanjang pengamatan penulis, judul skripsi "Pengajaran Bahasa Arab di MI Miftakhul Huda Temanggung (Telaah Metode)" ini belum ada yang mengkaji. Di perpustakaan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga misalnya, penulis belum menemukan pembahasan skripsi yang menyangkut tema metode pengajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Bahasan mengenai kemampuan berbahasa Arab, metode pengajaran bahasa di Madrasah Tsanawiyah, Aliyah, IAIN maupun PTAIS banyak yang telah membahasnya. Misalnya seperti skripsi saudara M. Sodiq al-Amin dengan judul "Pengajaran Bahasa Arab di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; sebuah tinjauan metodologis (lulusan tahun 2002), yang membahas bagaimana metode pengajaran bahasa Arab diterapkan dalam proses pengajaran itu dilakukan di IAIN Sunan Kalijaga dan bagaimana pengaruh program itu terhadap minat bahasa Arab, dan skripsi saudara Barjana yang berjudul "Pengajaran Bahasa Arab di Ma'had Da'wah Masjid Mardhiyah Kampus UGM Yogyakarta (Telaah Kritis Perspektif Metodologis), yang membahas segala problematika berbahasa Arab ruang lingkup yang lingkungannya dibuat secara representatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu bahwa penilitian ini yang menjadi sumber data adalah anak-anak atau siswa-siswi tingkat ibtidaiyah yang belum mempunyai kemampuan bahasa Arab yag baik..
Sedangkan buku yang sangat relevan dengan tema penulis bahas dalam penelitian in yaitu Metode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, yang dikarang oleh DRS. Abu Bakar Muhammad dan bukunya Juwairiyah Dahlan yang berjudul Metode BelajarMengajar Bahasa Arab, Surbaya, Al- ihklas : 1992. kedua buku ini hampir sama isinya yaitu sama-sama membahas masalah metode pengajaran bahasa Arab. Akan tetapi Metode Khusus Pengajaran bahasa Arab isinya lebih bersifat khusus dalam metodenya. Sedangkan posisi penelitian ini berusaha untuk memberikan suatu pemahaman pembelajaran bahasa Arab pemula tingkat ibtidaiyah bagi para pendidik. Tentu saja didukung oleh buku-buku yang lain yang relevan dengan penelitian ini.

E. Kerangka Teoritik
1. Bahasa Arab dan metode pengajarannya.
Secara teoritis, ada beberapa metode pengajaran yang utama dalam pengajaran bahasa asing apapun termasuk bahasa Arab di dalamnya. Misalnya, grammar translation method (metode tata bahasa), direct method, reading method, audio lingual method, electric method dan lain sebagainya. Akan tetapi, metode pelajaran bahasa asing tersebut kiranya tidak bisa dijadikan landasan teori untuk penulisan judul skripsi ini dikarenakan luasnya pembahasan. Akan tetapi, metode pengajaran bahasa Arab telah menemukan metodenya sendiri meskipun ilmu ini baru berkembang kemudian. Diantara metode itu seperti insya’, muthola’ah, dan mahfudhat.
Ada beberapa metode pengajaran bahasa Arab yang selama ini digunakan, antara lain:
a. Muthala'ah (Membaca)
Yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Metode ini berguna untuk melatih daya ingat dan daya fikir.
Manfaat dari pelajaran muthala'ah yaitu :
1) Mendidik daya ingatan, dan kecepatan berfikir.
2) Mengembangkan daya pemikiran dan daya imajinasi.
3) Keberhasilan memiliki ilmu pengetahuan, karena muthala'ah adalah alat yang paling besar untuk bisa sampai kepada pengembangan ilmu pengetahuan.


b. Imla' (Dikte)
Metode ini digunakan untuk melatih siswa dalam ketrampilan menulis bahasa Arab. Cara pengaplikasian metode ini biasanya guru menyuruh siswa untuk memulai bahasa Arab dari perkataan guru yang berbicara bahasa Arab. Manfaat dari metode ini, yaitu :
1) Mendidik kebebasan berpendapat.
2) Melatih murid untuk rapi dan cermat serta ingat.
3) Melatih menulis kata-kata dengan baik dan benar.
4) Melatih mata untuk memperhatikan, telinga untuk mendengar dan melatih tangan untuk menulis dan melukis yang benar,.
5) Melatih murid untuk mengarang yang bagus, bila guru pandai memilih topik yang baik dan memperluas atau memperbanyak penguasaan bahasanya.
c. Muhadatsah
Muhadatsah yaitu suatu metode pengajaran bahasa Arab melalui percakapan. Manfaat metode ini yaitu mendidik panca indera yang lima, kemampuan perhatian yang benar dan kemampuan berpikir. Adapun manfaat yang bisa kita ambil adalah:
1) Membiasakan murid bercakap-cakap dengan bahasa yang fasih
2) Membiasakan murid menyusun kalimat yang baik yang timbul dari dalam hatinya sendiri dan perasaannya dengan kalimat yang benar, baik dan jelas.
3) Membiasakan murid memilih kata atau kalimat dan menyusunnya dalam susunan bahasa yang indah serta memperhatikan penggunaan kata pada tempatnya.
d. Mahfudhat
Metode ini sangat menekankan pada hafalan kosa kata bahasa Arab. Manfaat yang bisa diambil antara lain yaitu :
1) Latihan kekuatan hafalan, ingatan dan berfantasi.
2) Pendidikan perasaan berbahasa yang sehat dalam bahasa.
3) Penanaman cinta kepada adab dan meningkatkan perasaan keindahan dalam jiwa.
4) Menghiasi diri dengan segala kemuliaan dan menjauhkan diri dari sifat yang hina dan kurang.
5) Memperkaya kemampuan bahasa bagi murid.
6) Memperbaiki insya’nya, meningkatkan kemampuan uslub bahasa tulisan, menguatkan murid dalam kaidah-kaidah bahasa, memperkenalkan mereka kata-kata atau bahasa modern, dan membantu murid dalam hal membaca dan percakapan.
e. Insya’
Insya’ ialah mengungkapkan sesuatu yang tergores dalam hati dengan atau melalui tulisan, dengan susunan kalimat yang benar dan sempurna pengertiannya.
Ada berbagai macam Insya, antara lain:
1) Insya’ wasfi
Insya’ wasfi yaitu menjelaskan sifat sesuatu yang dapat dicapai oleh semua panca indera kepada murid. Seperti sifat ruangan belajar, sifat-sifat hewan atau menjelaskan kejadian-kejadian harian seperti hari ketika turun hujan, berkunjung ke kebun binatang dan lain sebagainya.
2) Insya’ qishashi
Insya’ qishasi yaitu khusus penulisan cerita-cerita ataupun komentar-komentar berita.
3) Insya’ rasail atau insya’ naqli.
Yaitu mengarang yang berupa surat-surat. Insya semacam ini adalah sebaik-baiknya latihan menerapkan dua macam insya di atas (yaitu wasfi dan qishashi), karena surat-surat itu banyak mengandung kedua macam insya tersebut.
4) Insya’ ibtikari.
Yaitu guru menyuruh siswa untuk menulis susunan-susunan kalimat baru dan pemikiran-pemikiran yang cocok, yang disusun dalam kalimat-kalimat yang teratur. Yang paling banyak membantu untuk menyusun karangan ibtikari ini adalah memperbanyak insya’ washfi.


5) Insya’ khayali
Insya’ khayali yaitu mengarang lewat imajinasi kemudian ditulis dalam bahasa Arab. Macam insya ini sangat sukar bagi tingkat dasar atau setingkat Madrasah Ibtidaiyah, karena memerlukan daya imajinasi yang tinggi.
f. Qawaid
Metode ini lebih menitik beratkan pada pengajaran tata bahasa atau struktur bahasa Arab. Metode ini akan lebih baik jika diajarkan setelah pelajaran insya’, imla’, mahfudhat dan muhadatsah. Manfaat yang bisa diambil dari metode ini antara lain :
1) Membiasakan para siswa bercakap-cakap dengan bahasa yang baik dan benar jauh dari kesalahan.
2) Membiasakan para siswa menulis kata dengan benar dengan susunan bahasa yang baik pula.
3) Menumbuhkan kemampuan perhatian, mendidik kemampuan berfikir secara menyeluruh dengan sistematis, kemudian menetapkan persamaan dan lawannya, serta .mendidik atau melatih kemampuan menarik kesimpulan dan alasan
Selain metode konvensional yang biasa menjadi referensi madarasah-madrasah mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi yang tersebut di atas (qowaid, insya’, mahfudhat, muhadasah), kiranya juga perlu ditambah dan diperdalam metode-metode yang diperkirakan sangat membantu proses pengajaran bahasa Arab. Tentunya ini akan melengkapi landasan teoritis dan sangat berguna sebagai alat untuk menganalisis data temuan nantinya dan ini juga akan melengkapi penyusunan konsep yang sudah barang tentu sangat berhubungan dengan masalah penelitian yang diteliti oleh penulis sendiri.
Yang dimaksud di sini adalah pembahasan tentang metodologi pengajaran bahasa Arab dan ini berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya heuristik. Yang dimaksud dengan heuristik di sini adalah studi tentang penggunaan pengalaman dan usaha-usaha praktis, baik dengan cara mengalami sendiri ataupun melihat orang lain mengalaminya, sebagai titik tolak berbuat, dalam hal ini mengajarkan bahasa Arab.
Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, teknik yang sifatnya heuristik atau pengalaman, ia lahir berdasarkan pengalaman dan dapat dipakai untuk semua umur siswa, antara lain meliputi:
1) Persiapan
Seorang guru yang baik harus selalu mempesiapkan mukaddimah, presentasi dan review (MPR) dalam setiap topik bahasan. Tujuan pelajaran yang akan diajarkan harus jelas. Dan diakhiri dengan evaluasi tentang tercapainya tujuan pelajaran apa tidak, dan senantiasa memikirkan teknik serta taktik yang akan diberikan.

2) Berbicara bahasa Arab di dalam kelas
Bagaimanapun juga siswa sangatlah membutuhkan keterbiasaan sesegera mungkin akan bunyi yang belum familiar bagi mereka. Oleh karena itu sudah selayaknya membuat suatu rekayasa suasana untuk bisa dijadikan sebuah objek. Misalnya, menegur siswa dengan menggunakan bahasa Arab seperti dalam situasi keadaan ruangan terlalu panas atau dingin, guru meminta salah seorang siswa dengan menggunakan bahasa Arab untuk membuka jendela kelas.
3) Buku bukan guru tapi alat pembantu
Buku berfungsi sebagai media untuk mempermudah tugas guru, akan tetapi bukan sebagai guru itu sendiri. Karena buku tidak dapat mendengar, megoreksi atau memberi dorongan. Instruksi haruslah berasal dari guru dan bukan dari sebuah buku bagaimanapun baiknya buku tersebut. Seorang guru tidak boleh terjebak dengan apa yang sering diistilahkan dengan "the text book trap" sehingga seakan-akan seorang guru tidak mengajar dan sebaliknya sebenarnya bukulah yang menjadi pengajar.
4) Memberi semangat atau dorongan
Siswa diusahakan memiliki semangat yang meluap-luap di dalam belajar. Sehingga kemauan, minat, usaha dan perhatian (KMNP) bisa melekat pada diri siswa. Bila keinginan yang ril untuk belajar bahasa Arab mulai bersemi ataupun tertanam dalam diri siswa, maka separuh dari tugas guru sebagai pengajar dapat dianggap selesai.
2. Pembelajaran bahasa Arab bagi pemula
Tujuan mempelajari bahasa Arab bagi pemula yaitu supaya anak-anak pandai membaca al-Qur"an dengan betul dan baik, supaya anak dapat belajar bahasa Arab, sehingga pandai membaca kitab-kitab agama yang banyak ditulis dalam bahasa Arab, dan supaya anak pandai membaca bahasa Indonesia yang ditulis dengan huruf Arab melayu. Metode mengajarkan bahasa Arab bagi pemula ada empat macam :
a. Metode Lama, dinamai metode ABAJAD atau Alif-ba-ta
Dasar metode ini ialah dimulai dengan mengajarkan nama-nama huruf, kemudian dengan berangsur-angsur ke kata-kata, kemudian ke kalimat. Caranya menggunakan metode ini sebagai berikut, Mula-mula diajarkan nama-nama huruf yang serupa bentuknya, seperti
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز
Kemudian diterangkan titik huruf itu, di bawah atau di atas. Sudah itu diajarkan macam-macam baris, seperti Alif di atas A, di bawah I, Alif dua di atas An, dua di bawah In
Kekurangan metode ABAJAD anak-anak merasa sul;it mengetehui perbedaan antara huruf-huruf yang sama bentuknya, anak-anak tidak mengerti pelajaran yang dibacanya. Memakai waktu yang lama dan sedikit hasilnya, dan tidak menarik hati anak-anak selain daripada lagunya
b. Metode Suara
Dasar metode ini sama juga dengan metode ABAJAD, yaitu dimulai dengan huruf tetapi huruf itu diajarkan menurut bunyi suarannya bukan menurut nama hurufnya seperti metode ABAJAD. Cara mengajarkan metode ini adalah sebagai berikut :
1) Pergunakanlah papan tulis dan pilih huruf-huruf yang akan kita ajarkan yaitu huruf-huruf yang berlainan bentuk dan bunyinya.
2) Ambilah gambar tumbuh-tuimbuhan, hewan atau macam-macam benda untuk alat peraga dan huruf permulaan ialah huruf yang akan kita ajarkan, misalnya untuk mengajarkan A, pohon Ara, api, ayam dan sebagainya.
3) Tuliskan huruf yang akan diajarkan itu di sebelah gambar dengan tulisan yang besar lagi terang.
4) Perlihatkanlah gambar itu kepada murid-murid dan suruhlah mereka menyebut namanya.
5) Ulanglah memperlihatkan gambar itu serta menyebut namanya. Setelah itu guru menerangkan, bahwa huruf yang tertulis di sebelah gambar itu, ialah A. tulislah huruf itu di papan tulis dengan tulisan besar.
6) Suruhlah mereka membacanya berganti-ganti, kemudian suruh murid-murid menunjukan nama huruf itu.
7) Setelah murid-murid mempelajarai beberapa huruf, susunlah huruf-huruf itu menjadi satu dan tuliskan di papan tulis.
Kebaikan metode suara yaitu metode itu ada berhubungan langsung antara bunyi suara dengan rumus (tanda) yang tertulis. metode ini sesuai dengan tabiat bahasa, karena yang terpenting dalam bahasa itu ialah bidang suara. Dalam metode ini ada pendidikan telinga, mata dan tangan sekaligus. Sedangkan kekurangannya metode ini mendidik anak-anak membaca secara lambat, tidak cepat karena mereka menghadapkan perhatianya pada ejaan dan huruf atau kata, dan metode ini membutuhkan gambar sangat banyak.
c. Metode Kata
Menurut metode ini murid-murid melihat kata-kata yang diucapkan guru dengan terang dan lambat, sambil menunjuk kepada kata-kata itu kemudian murid meniru dan mencontohnya. Sistem ini membutuhkan hal-hal sebagai berikut, gambar harus terang dan tulisannya jelas dan bagus, lafadznya diulang-ulang secukupnya, mengulang-ulang sebagian huruf dan beberapa kata, dan berangsur-angsur dihilangkan gambarnya
d. Metode Kalimat
Metode ini adalah evolusi dari metode kata-kata dan evolusi dari metode lama. Menurut metode lama dimulai dengan huruf, kemudian kata-kata, kemudian kalimat. Tetapi menurut metode ini dimulai dengan kalimat, kemudian kata-kata, kemudian huruf kebalikannya metode lama. Dasar metode ini ialah, bahwa kalimat kesatuan pengertian, bukan kata-kata dan bukan huruf. Metodenya sebagai berikut :
1) Guru menyiapkan kalimat-kalimat pendek yang telah dikenal oleh murid-murid atau beberapa kalimat yang ada hubungannya.
2) Kemudian menuliskan kalimat itu di papan tulis lalu membaca keseluruhnanya.
3) Murid-murid meniru guru dan mengulangi membaca kalimat itu berkali-kali.
4) Setelah itu guru menguraikan tiap-tiap kalimat kepada kata-kata.
sedangkan syarat-syarat metode kalimat yaitu harus ada perhubungan antara beberapa kalimat, tiap-tiap kalimat jangan lebih dari tiga atau empat, dan mengulang sebagian kata-kata dalam kalimat yang bermacam-macam

F. Metode Penelitian
1. Penentuan Sumber Data
Yang dimaksud dengan penentuan sumber data ialah menetapkan populasi yang dijadikan obyek atau tempat diperolehnya data. Sedangkan apa yang dimaksud populasi di sini adalah keseluruhan pihak yang seharusnya sasaran penelitian oleh peneliti. Tegasnya populasi adalah seluruh obyek yang diteliti.
Adapun pihak-pihak yang dijadikan sumber data yaitu:
a. Kepala Sekolah
b. Guru bidang studi bahasa Arab
c. Kepala Tata Usaha
d. Daftar nilai pada ujian semester kelas V
e. Data yang berupa arsip-arsip madrasah
f. Siswa-siswi kelas V
Mengenai jumlah populasi yang diambil dalam penelitian ini, untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika tidak memungkinkan seperti jumlah subyeknya besar, maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.
Karena yang menjadi populasi dalam penelitian ini semua siswa kelas V MI Miftakhul Huda Temanggung yang jumlahnya hanya 42 (empat puluh dua), maka tidak diambil sample. Dengan demikian penelitian ini merupakanpenelitian populasi.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan data, informasi atau keterangan lain yang mendukung penelitian. Untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertangung jawabkan, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Observasi
Metode observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan indera, terutama penglihatan dan pendengaran. Observasi dapat diartikan sebagai pencatatan secara sistematis dan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai proses pelaksanaan pengajaran bahasa Arab. Adapun jenis observasi yang penulis gunakan adalah observasi non participant, yaitu penulis tidak terlibat langsung dalam kehidupan responden. Akan tetapi penulis hanya mengamati dan mencatat setiap fenomena yang diteliti.
b. Angket (Quesioner)
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, meliputi laporan tentang dirinya atau pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Metode angket ini penulis tujukan pada siswa untuk mengetahui kegiatan pengajaran bahasa Arab yang mereka alami dan problem yang dihadapi.


c. Wawancara (Interview)
Yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penyelidikan. Metode wawancara ini terdiri atas tiga jenis, yaitu: Interview tidak terpimpin, Interview terpimpin, dan Interview bebas terpimpin. Sedangkan dalam observasi ini penulis gunakan interview bebas terpimpin.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan kondisi sekolah MI Miftakhul Huda Temanggung yang meliputi jumlah siswa, latar belakang pendidikan guru, fasilitas yang ada dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan penelitian, Sikap, perhatian, minat serta kemampuan dasar siswa untuk belajar bahasa Arab.
d. Dokumentasi
Yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah mencari data yang berasal dari dokumen berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan lain sebagainya. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai letak geografis dan sejarah berdirinya, struktur organisasi MI Miftakhul Huda Temanggung, jumlah siswa dan guru, materi pelajaran, nilai pada leger dan susunan organisasi sekolah.
3. Metode Analisis Data
Untuk menganalisa data yang diperoleh, terlebih dahulu data dikelompokkan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif Yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori dalam memperoleh kesimpulan. Untuk data kualitatif ini akan dianalisis dengan deskriptif analitik yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data kemudian diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran data tersebut dengan menggunakan :
a. Cara berpikir induktif
Yaitu berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus itu untuk ditarik generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum. .
b. Cara berpikir deduktif
Yaitu metode berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum hendak menilai suatu kejadian khusus.
Adapun data kuantitatif Yaitu data yang berwujud angka-angka yang merupakan hasil pengukuran kemampuan penguasaan melalui nilai ujian bahasa Arab siswa kelas V MI Miftakhul Huda Temanggung. Data kuantitatif ini dianalisis dengan teknik analisis statistik sederhana yaitu persentil. Teknik ini dimaksudkan untuk menyederhanakan penyajian data yang berwujud angka, sehingga mudah untuk dipahami.
Adapun teknik analisis data ini menggunakan analisa statistik persen untuk mengambil nilai rata-rata (mean) ataupun perhitungan data tunggal baik yang sebagian ataupun seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu, dengan menggunakan rumus:
M =
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
F = Frekuensi (banyaknya siswa yang memeroleh nilai setiap skor)
X = Nilai yang diperoleh siswa
N = Jumlah siswa (number of case)


G. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan ilustrasi secara umum tentang muatan skripsi ini, perlu kiranya dipaparkan sistematika pembahasan yang dipakai. Pembahasan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu:
Bab I merupakan pendahuluan yang mengandung pokok-pokok persoalan mengenai rancagan penelitian ini, yaitu meliputi hal-hal yang menjadi penyebab dilakukannya penelitian, tinjauan teoritik yang memuat konsep-konsep teoritis yang berkaitan denan permasalahan yang diteliti dan juga metodologi yang akan digunakan dalam penelitian.
Bab II mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian, yang mana menguraikan tentang sejarah berdirinya MI Miftakhul Huda Temanggung, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa serta fasilitas pendidikanya.
Bab III mendeskripsikan tentang proses pelaksanaan pengajaran bahasa Arab, metode yang digunakan, serta meliputi alokasi waktu, media dan faktor-faktor pendukung serta faktor penghambatnya dalam pengajaran bahasa Arab di lembaga tersebut dan menelaah menurut penulis.
Bab IV merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang diperoleh berdasarkan konsep-konsep teoritis yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan juga berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan. Selain itu juga termasuk saran-saran dan kata-kata penutup.
Kemudian dilengkapi pula dengan Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran dan Daftar Riwayat Hidup.

Implementasi Metode Permainan Dalam Meningkatkan Pembelajaran Bahasa Arab

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu Negara pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara dan Bangsa, karena pendidkan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pengembangannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan (Mulyasa, 2003:15).
Pendidikan sebagai salah satu faktor yang penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dimana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang.
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Zuhairini, 1995)
Dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menindak lanjuti tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional, maka pemerintah menanggapinya dalam dua segi yaitu pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah). Hal ini berarti peranan pemerintah akan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat. Demikian peranan pemerintah pusat yang bersifat sentralistis yang berlangsung selama 50 tahun lebih akan diperkecil dengan memberikan peranan yang lebih besar kepada pemerintah daerah yang bersifat desentralisasi (Anwar, 2003: 37).
Dalam manajemen pendidikan dasar secara desentralisasi, tentunya diperlikan berbagai program dan sarana yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Hal ini dapat diketahui dalam hakikat pendidikan dasar yang relevan dengan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu pendidikan dasar haruslah merelevansikan kebbutuhan dasar manusia agar mereka layak dan cukup inteligen hidup dalam lingkungannya. Untuk itu perlu persiapan yang matang agar persiapan yang matang agar prinsip desentralisasi kurikulum tidak hanya menjadi lipservice belaka (Tilaar, 2004: 40).
Metode memang merupakan faktor penting dalam pengajaran bahasa. Seringkali sukses tidaknya pengajaran bahasa dikaitkan dengan metode yang dipergunakan, karena metode ikut menentukan isi dan cara menyampaikan pengajaran bahasa. Salah satu persoalan yang sering ditemukan dalam proses pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Arab adalah pengayaan metodologi dan strategi pengajaran (Radliyah, 2005).
Dijelaskan dalam buku standar kompetensi (2004), bahwasannya penguasaan bahasa arab merupakan persyaratan penting bagi keberhasilan individu, masyarakat, bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan zaman pada tingkat global. Penguasaan bahasa arab dapat diperoleh melalui berbagai program, sementara program pembelajaran bahasa arab di madrasah secara formal merupakan sarana utama bagi sebagian besar anak Indonesia.
Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kemampuan guru dalam mengelola kelas, terutama kemampuan guru dalam memanfaatkan media yang bisa menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan sehingga dapat menarik minat dan mengaktifkan siswa untuk mengikuti pelajaran baik secara mandiri ataupun kelompok. Sejauh ini belajar bahasa Arab masih kurang diminati masyarakat jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain. Hal ini karena pada umumnya bahasa Arab tidak menggema dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu adanya suasana yang dapat menumbuhkan minat siswa yang lebih akan belajar bahasa arab. Salah satu cara untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran adalah dengan bermain. Oleh karena itu dibutuhkan suatu media pembelajaran yang dapat menarik minat dan mengaktifkan semua siswa dalam proses belajar mengajar bahasa arab.
Selama ini yang perlu kita cermati yaitu rendahnya SDM pendidikan dan system pendidikan yang kita pakai, Banyaknya pelajar Indonesia dalam belajar bahasa arab banyak menggunakan metode hafalan, dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan. Tapi bagaimana caranya atau metode apa yang bisa membuat para sisiwa senang dan semangat.
Diantaranya metode yang paling menyenangkan adalah metode permainan. Tidak semuanya permainan membawa dampak buruk bagi anak, tapi kalau permainan itu diselipi dengan pelajaran akan lebih mengasikkan dan menyenangkan.
Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus menguasai atau memahami bagaimana metode yang banyak menarik minat siswa seperti halnya metode permainan. Permainan tidak pernah luput dari kehidupan anak apalagi anak seusia SD/MI, permainan merupakan aktifitas anak-anak. Hampir seluruh kegiatan mereka melibatkan unsur permainan.tapi permainan dalam hal ini bukan permainan yang tanpa arti, tapi dalam hal ini yaitu permainan yang disertai belajar. Lewat permainanlah mereka bisa belajar yang menyenangkan, mereka dapat belajar tentang banyak hal lewat permainan yang menyenangkan. Dengan belajar sambil bermain anak-anak mudah untuk mengingat pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Termasuk belajar bahasa arab sambil bermain, karena bahasa arab sifatnya harus dihafalkan, dengan bermain anak-anak akan mudah menghafalkan pelajaran yang diberikan oleh pendidik mereka.
Permainan merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dominan pada masa kanak-kanak. Sebab, anak mengahabiskan waktunya diluar rumah bermain dengan teman-teman dibanding terlibat dalam aktivitas lain. Bagi anak-anak permainan adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Menurut Schwartzman (1987 dalam Desmita, 2005) anak-anak cenderung melakukan sesuatu yang lebih menarik dari pada hasil yang akan didapatkan.
Akhir-akhir ini banyak orang menganggap permainan anak sebagai pembuangan waktu dan merasa bahwa waktunya lebih baik digunakan untuk mempelajari sesuatu yang berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan dewasa. Sebaliknya Burner dalam Hurlock (1998) mengatakan bahwa bermain dalam masa kanak-kanak adalah kegiatan yang serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun pertama masa kanak-kanak.
Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti ingin mendeskripsikan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Implementasi metode permainan dalam meningkatkan pembelajaran bahasa arab yang menyenangkan (Studi kasus kelas lll (tiga) di Madrasah Ibtidaiyah Darut Taqwa)”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti mengemukakan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Darut Taqwa?
2. Bagaimana implementasi metode permaianan dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Arab yang menyenangkan kelas lll (tiga) di MI. Darut Taqwa?
3. Apa hambatan dan peluang metode permainan dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Darut Taqwa?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, secara umum peneliti mempunyai tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan:
1. Kondisi objektif proses pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Darut Taqwa.
2. Implementasi metode permainan dalam meningkatkan pembelajaran bahasa Arab yang menyenangkan kelas lll (tiga) di MI. Darut Taqwa.
3. Hambatan dan peluang metode permainan dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah Darut Taqwa.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Pihak Sekolah
Dapat memberikan sumbangsih pemikiran, menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman kepada pihak sekolah.
2. Pendidik
Memberikan bahan masukan atau saran kepada pendidik maupun orang tua agar mampu mendidik anak-anaknya dalam bentuk permainan yang dapat membantu kematangan hubungan sosial anak dengan lingkungan ia berada.
3. Peneliti
Dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan yang nantinya bisa dijadikan bekal untuk menghadapi masa depan.

E. Batasan Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan pembahasan terarah, maka peneliti memberikan batasan-batasan masalah (ruang lingkup permasalahan) yang akan dikaji dan diteliti. Batasan-batasan tersebut adalah: Implementasi metode permainan dalam meningkatkan pembelajaran bahasa arab di MI. Darut Taqwa.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran dalam skripsi yang berjudul “implementasi metode permainan dalam pembelajaran bahasa arab yang menyenangkan di MI. Darut Taqwa”, maka peneliti tegaskan sebagai berikut:
1. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan, proses untuk memastikan terlaksanya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut.
2. Metode permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
3. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 1995: 56).
Berdasarkan definisi operasioanal diatas peneliti menyimpulkan bahwa Implementasi metode permainan dalam pembelajaran bahasa Arab adalah suatu penerapan metode atau cara untuk mencapai tujuan pembeljaran yang diinginkan dan menyenangkan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) IPA SD

DAFTAR ISI

LAPORAN HASIL PERBAIKAN ……………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………. 1
B. Rumusan Masaalah ………………………………………….. 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 3
D. Mamfaat Penelitian ………………………………………….. 4
BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………………. 5
A. Hakekat Inovasi Pembelajaran ……………………...………… 5
B. Pengertian Desain Pembelajaran.................................................... 5
C. Pengertian Model Pembelajaran .............………………………. 6
D., Jenis – Jenis Pembelajaran ................................................... ...... 7
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN …………. 10
3.1. Penetapan Lokasi Penelitian …………………………………. 10
3.2. Waktu Pelaksanaan …………………………………………... 10
3.3. Tahap Awal / Perencanaan …………………………………... 10
3.4 Deskripsi Persiklus …………………………………………… 11
3.5.Siklus I ………………………………………………………….. 13
3.6 Siklus II ………………………………………………………… 13
3.7 Refleksi ………………………………………………………… 14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 10
4.1. Deskripsi Hasil penelitian ..................................................... 15
4.2. Pembahasan dari Setiap Siklus …………………………….. 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 21
5.1. Kesimpulan ………………………………………………… 21
5.2. Saran ……………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 22
LAMPIRAN – LAMPIRAN
















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran yang direncanakan,maka tentu guru dituntut merencanakan segala yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang tersusun secara terarah dan sistimatis sehingga pada apa yang direncanakan terwujud sesuai harapan. Akan tetapi kenyataan sering menunjukkan walaupun desain pembelajaran telah direncanakan secara matang dengan pertimbangan dan analisis berbagai hal ,akan tetapi hasil pembelajaran terkadang tidak sesuai harapan.
Kasus pembelajaran pada siswa kelas V untuk mata pelajaran IPA yang dialami penulis memberikan kesan bahwa sesungguhnya perencanan awal pembelajaran sering bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini dibuktikan dari adanya data analisis hasil evaluasi belajar siswa untuk setiap ujian formatif mata pelajaran “ Ilmu Pengetahuan Alam “ yang sering menunjukkan hasil ketidaktercapaian ketuntasan belajar dimana dari 15 orang siswa kelas V hanya berkisar 2 sampai 4 orang yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau rata – rata 13,33 % siswa yang telah memahami materi yang diajarkan sesuai perencanaan semula.
Memperhatikan hal telah berbagai upaya yang ditempuh sebagai proses tindak lanjut hasil pembelajaran dimaksud yang dipandang sebagai suatu bentuk refleksi terhadap kinerja pembelajaran yang telah dilaksanakan ,antara lain dengan melaksanakan pembelajaran remedial,pemberian tugas individual, analisis metode
yang digunakan dalam proses pembelajaran semula, analisis karakteristik alat
peraga pembelajaran yang dikembangkan semula apakah sesuai dengan karakteritik siswa,materi atau tidak,analisis terhadap karakteristik tingkat kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran.
Upaya lain yang juga dipandang sebagai bentuk analisis kinerja pembelajaran dengan melalui analisis terhadap pengamatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh teman sejawat,serta analisis kinerja pembelajaran dengan pendekatan konsultatif dengan teman sejawat dan kepala sekolah untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang bentuk kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan serta upaya – upaya yang dapat ditempuh sebagai langkah perbaikan proses pembelajaran dan berbagai upaya lain sehingga pada akhirnya diterapkanlah suatu bentuk pembelajaran baru sebagai pembaharuan dari konsep pembelajaran yang telah dilaksanakan namun hasilnya tetap belum mencapai ketutasan minimal belajar yang ditergetkan yakni tuntas belajar 76 %
Memperhatikan kenyataan dari berbagai upaya yang telah dilaksanakan penulis ingin menindaklanjuti masalah pembelajaran ini melalui suatu penelitian yang lebih spesifik dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang dipandang dapat memberikan solusi terbaik dan sebagai alur penyelosaian masalah pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menerapkan Model Pembelajaran Komparasi dalam pembelajaran IPA dikelas V ( lima ).
Pemilihan Model Pembelajaran Komparasi ini didasari oleh analisis beberapa hal antara lain :
- Kerangka dasar dalam pembelajaran Model Pembelajaran Komparasi memungkinkan pelibatkan siswa dan guru dalam proses pemecahan

- masalah pembelajaran ,sehingga akan timbul konsep dan keyakinan belajar siswa tentang apa yang perlu diketahui,dilakukan,diyakini setelah menyelosaikan pembelajaran ( Yulaelawati 2004 : 57 )
- Mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan atau konsep pembelajaran yang diterima di luar kelas atau dalam kehidupan sehari – hari sehingga hal ini merupakan suatu cermin penerapan strategi pembelajaran berdasarkan analisis kompotensi lokal
- Dapat meningkatkan efisiensi waktu belajar, sehingga dengan demikian efektifitas belajar akan lebih bermakna terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran
Selanjutnya dasar pertimbangan lain adanya pemilihan Model Pembelajaran Komparasi dalam mengatasi masalah ketidakcapaian ketuntasan belajar pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) kelas V ditinjau dari aspek efektifitasnya langkah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran bermakna ( Yulaelawati 2004 : 57 ) dengan langkah – langkah pembelajaran sebagai berikut :
- Analisis karakteristik siswa
- Penyusunan kegiatan pembelajaran
- Penyusunan strategi pembelajaran
- Pengurutan pengalaman belajar
- Menyusunan media pembelajaran
- Penyampaian isi/materi pembelajaran
- Penilaian kinerja pembelajaran
- Pelaksanaan proses tindak lanjut
Mencermati uraian di atas sebagai dasar dalam mengatasi masalah ketidakcapaian ketuntasan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,melalui penarapan Model Pembelajaran Komparasi maka penulis memformulasikan dalam satu judul Penelitian Tindakan Kelas :
“ Penerapan Model Pembelajaran Komparasi dalam Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa “
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada Latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut
“ Apakah Penerapan Model Pembelajaran Komparasi dapat Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V pada mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) “
C. Tujuan Penelitian
Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
“ Untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Komparasi dapat Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V pada mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) “




D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti ( Guru )
Hasil penelitian dapat membantu peneliti untuk memperbaiki proses pembelajran, mengembangkan frofesional meningkatkan rasa percaya diri meningkatkan rasa ingin tahu dan memungkin secara aktif mengembangkan

pengetahuna dan keterampilan serta dapat dijadikan sumber data untuk melanjutkan penelitain dengan variabel lain
b. Bagi Siswa
Hasil penelitian dapat meningkatkan proses dan hasil belajar
c. Bagi institusi Sekolah
Hasil penelitian merupakan input untuk penyelonggaraan dan pengembangan pendidikan pada periode berikutnya



















BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Inovasi Pembelajaran
Perkembangan dan peningkatan proses pembelajaran sesungguhnya sudah semakin maju sehingga telah menghasilkan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran .Pada prinsipnya inovasi dalam pembelajaran ini sangat erat hubungannya kualitas pembelajaran itu sendiri, sebab proses pembelajaran tidak dapat berjalan tanpa pengembangan suatu inovasi pembelajaran.
Secara umum konsep inovasi pembelajaran banyak dikemukakan oleh para ahli. Sprayekti ( 216 : 2006 ) mengemukakan inovasi pembelajaran merupakan penerapan beberapa prinsip dan prosedural baru dan pemecahan permasalahan pembelajaran oleh pebelajar. Selanjutnya lebih dijelaskan bahwa inovasi pembelajaran dimaksud merupakan bentuk penerapan konsep baru dalam pengembangan kualitas pembelajaran,dengan tujuan agar kegiatan pembelajaran akan bermakna
Selanjutnya seorang pakar inovasi pendidikan Ibrahim ( 114 : 2006 ) mengemukakan inovasi pembelajaran merupakan pembaharuan yang dilakukan untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran dalam bentuk ide, konsep, strategi, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekolompok yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau memecahkan masalah – masalah pembelajaran.
Dari pendapat tentang pengertian inovasi pembelajaran sebagaimana dalam uraian ini,maka jelas bahwa pada hakekatnya inovasi pembelajaran adalah suatu
ide, konsep, strategi, metode yang secara sadar dilaksanakan oleh seorang guru sebagai hal yang baru yang selanjutnya digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran atau memecahkan masalah – masalah pembelajaran
B. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang,misalnya sebagai disiplin,sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.Sebagai disiplin desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi
serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk mencipkan spesifikasi pengembangan,pelaksanaan,penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Selanjutnya sebagai sistem desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaanya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Desain pembelajaran sebagai proses merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan serta sistem penyampaianya, termasuk didalamnya pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran,uji coba dan penilaian bahan serta pelaksanaan kegiatan pembelajaranya
Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran adalah spesifikasi pengembangan secara sistematis, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan sistem pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
C. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam memahami pengertian tentang Model Pembelajaran, maka lebih awal dipahami dulu konsep tentang model itu sendiri. Model secara umum dapat diartikan sebagai gambaran mental yang membantu untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung ( Ella Yulaelawati 50 : 2006 ). Model dapat berupa skema,bagan, gambar, dan tabel yang dapat menjelaskan keterkaitan berbagai komponen dalam suatu pola pemikiran, yang disajikan secara utuh.
Demikian dapat dipahami bahwa model pada hakekatnya dapat membantu melihat,menganalisis,atau memahami kejelasan atau keterkaitan konsep secara lebih cepat, utuh, konsisten, dan meyeluruh.Hal ini disebabkan oleh adanya suatu model disusun merupakan upaya dan bertujuan mengkonktretkan keterkaitan hal –
hal abstrak dalam suatu skema, bagan, gambar, atau pola tindakan atau alur pemikiran tabel sehingga segala uraian atau konsep dapat terbaca
Selanjutnya jika pengertian model dipahami dalam konsep Model Pembelajaran maka menurut Ella Yulaelawati ( 56 : 2006 ) dipandang sebagai mitos dan metafor yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu. Apakah model itu diturunkan oleh seseorang atau merupakan hasil penelitian pada prinsipnya menawarkan pemahaman tertentu secara lebih muda, dimana model pembelajaran ini menawarkan struktur dan pemahaman tentang desain pembelajaran.
Lebih lanjut jika dicermati model pembelajaran menjadikan pengembang pembelajaran memahami masalah,merinci kedalam unit – unit yang lebih muda diatasi dan meyelosiakan masalah pembelajaran. Nilai suatu model pembelajaran mengandung maksud tertentu bagi pengguna,menawarkan penyelosaian beban pembelajaran serta menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
D. Jenis – Jenis Model Pembelajaran
Telah dipahami bahwa dalam rangka inovasi pembelajaran berbagai model pembelajaran yang telah banyak dikembangkan oleh para pakar pendidikan namun dalam kajian ini jenis – jenis model pembelajaran hanya dibatasi pada model pembelajaran sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran Resep
Model pembelajaran resep dikembangkan dengan maksud untuk memberikan dan memudahkan para guru untuk melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.Dalam model pembelajaran ini,pola pikir yang digunakan untuk mencapai tujaun serta mengefektifkan pengembangan kegiatan pembelajaran dikategorikan dalam konsep :
1.1. Perumusan tujuan
1.2. Penyusunan kegiatan pembelajaran
1.3. Penyusunan kegiatan penilaian
Aplikasi model pembelajaran resep adalah penyusunan berbagai petunjuk mengajar dengan rincian sebagai berikut :
1.1. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara konkret, jelas dan terukur
1.2. Rumusan kegiatan pembelajaran yang mencerminkan hal – hal yang diperlukan guru dalam membimbing peserta didik .
1.3. Menyusunan dan penyiapan sarana dan sumber pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran
1.4. Penyusunan rincian soal – soal penilaian untuk menilai ketercapaian tuntas pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Penomenologi
Model pembelajaran ini menekankan pada pengalaman – pengalaman pemrosesan informasi yang perlu diupayakan dalam kegiata belajar peserta didik.Walaupun model pembelajaran Penomenologi ini banyak dikementari oleh para pakar pendidikan, namun dalam pengertian ini Ella Yulaelawati ( 57 : 2006 ) mengemukakan bahwa pada prinsipnya bertujuan mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga bermakna dalam mencapai tujuan yang diharapkan.Adapun langkah – langkah pembelajaran secara umum sebagai berikut
2.1. Perancangan tujuan pembelajaran
2.2. Perancangan kegiatan pembelajaran
2.3. Perancangan kegiatan penilaian
2.4. Perancangan kegiatan tindak lanjut
3. Model Pembelajaran Komparasi dan Penerapannya dalam mencapai ketuntasan belajar Siswa
Model pembelajaran komparasi merupakan suatu kerangka dasar situasi pembelajaran yang melibatkan seluruh komponen pelaku kegiatan pembelajaran dalam hal ini guru dan siswa dalam situasi pemecahan masalah. Melalui pelibatan dalam pemecahan masalah pembelajaran siswa termotivasi untuk berpikir serta menerapkan pengetahuannya di luar kelas atau dalam kehidupan sehari – hari sehingga tercipta efisiensi waktu belajar dan peningkatan mutu pembelajaran.
Aplikasi model pembelajaran pembelajaran komparasi bahwa posisi guru lebih banyak berperan sebagai penasehat untuk isi pembelajaran , motivator, membantu siswa mengintegrasikan dan mengaktualisasikan pembelajaran serta menerapkan prinsip – prinsip pengelolaan partisipatif
Desain pembelajaran komparasi dapat tersusun dalam langkah – langkah sebagai berikut :
- Analisis karakteristik siswa
- Penyusunan kegiatan pembelajaran
- Penyusunan strategi pembelajaran
- Pengurutan pengalaman belajar
- Menyusunan media pembelajaran
- Penyampaian isi/materi pembelajaran
- Penilaian kinerja pembelajaran
- Pelaksanaan proses tindak lanjut
E. Indikator Kinerja
Adapun yang menjadi indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman dari 7 orang ( 29.17 %) yang telah mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 20 0rang ( 83.33 % ) dari 24 siswa



















BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

3.1. SUBYEK PENELITIAN
3.1 Penetapan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN 1 Pontolo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara Propinsi Gorontalo yang terletak tidak jauh dari jantung kota dari pada Kabupaten.
Penelitian ini dipilih siswa kelas V yang berjumlah 15 orang peseta didik yang terdiri dari 9 laki – laki dan perempuan 6 orang. Para peserta didik memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dengan status ekonomi dibawah rata – rata.
3.2. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Selasa 27 April 2010 pukul. 11.00 – 12.05 dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
A. Deskripsi Per Siklus
3.3. Tahap Awal / Perencanaan
Dalam hal ini penelitian diawali mempersiapkan hal – hal yang akan diteliti pada tahap awal penelitian sebagai berikut :
a. Meminta izin kepada Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab dan meminta persetujuan guru – guru disekolah tersebut dimana para guru tersebut terkait dengan penelitian.
b. Mengadakan wawancara dengan teman guru terutama yang terlibat dengan penelitian atau yang akan diteliti.
c. Membuat Rencana Pembelajaran, berupa Rencana Program Pembelajaran ( RPP ), serta media lingkungan sekitar yang berhubungan dengan materi pembelajaran serta menyiapkan alat penilaian.Menyusun lembar evaluasi sebagai dasar untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses pembelajaran




3.2. DESKRIPSI PERSIKLUS
3.3.1. Rencana Perbaikan
3.3.1.1. Pra Siklus
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas V untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dalam dua kali penilaian formatif I dan II hanya terdapat rata – rata 7 orang siswa dari 24 orang siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar ideal ( 75 % ketuntasan belajar). Pada hal lain pula bahwa secara kualitatif kemampuan pemahaman siswa dalam materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sangat rendah. Kondisi rendahnya pemahaman ini nampak pada hal – hal sebagai berikut :
a) Siswa sulit menjawab pertanyaan sehubungan dengan materi yang dipelajari
b) Tidak dapat menerapkan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari kedalam situasi konkrik.
Berdasarkan hal inilah yang memotivasi penulis untuk perlunya melakukan penelitian melalui proses perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran komparasi sehingga ketuntasan belajar siswa yang hanya terdiri dari 7 orang (29.17 % ) akan meningkat menjadi 20 orang (83.33 %)
3.3.1.2. Siklus 1
1) Memotivasi siswa dalam kegiatan perbaikan pembelajaran dengan melakukan tanya jawab sebagai appersepsi sehubungan materi pembelajaran
2) Memberikan gambaran dan penjelasan umum materi, hubungan antara gaya, gerak dan energi
3) Memajangkan / menampilkan gambar aktifitas yang mencerminkan hubungan antara gaya, gerak dan energi, yang selanjutnya siswa dibimbing untuk meangapi serta mengajukan pendapat atas pengamatanya
2) Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sehubungan dengan tampilan gambar hubungan antara gaya, gerak dan energi
3) Siswa dibimbing untuk melakukan percobaan tentang hubungan antara gaya, gerak dan energi
4) Memotivasi serta meningkatkan intensitas bimbingan kepada siswa tentang pemahaman hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui serta mengementari setiap konsep yang disampaikan/ditemukan siswa
5) Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut kegiatan pembelajaran
3.3.1.3. Siklus 2
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I,maka penulis masih melakukan penelitian pada siklus II.Hal ini disebabkan adanya hasil ketuntasan belajar belajar siswa dalam pemahaman konsep hubungan antara gaya, gerak dan energi belum mencapai ketuntusan belajar yang diharapakan

Dalam siklus ini bentuk kegiatan yang dilaksanakan berbeda dengan yang sebelumnya .Adapun langkah – langkahnya sebagai berikut :
1) Setelah memotivasi siswa sebagai appersepsi siswa langsung diberikan soal – soal pemahaman konsep dalam bentuk kegiatan percobaan
2) Siswa dibimbing dan diarahkan untuk menemukan sendiri konsep melalui pecobaan hubungan gaya, gerak dan energi.
3) Kegiatan dilanjutkan dengan melaksanakan langkah dan bentuk penerapan tekhnik model pembelajaran komparasi sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus pertama
3.1.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dalam tahapan sebagai berikut :
1. Pra Siklus :
Tahap ini dilaksanakan dengan tujuan mempeoleh data akurat sebagai asumsi dasar pelaksanaan penelitian
2. Siklus I
Tahapan ini merupakan tahapan tindak lanjut dari tahapan pra siklus.Dalam hal ini hasil analisis ketuntasan belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam,pada pra siklus dalam dua kali penilaian formatif I dan II dimana terdapat 7 ( 29.17 % ) orang siswa dari 24 orang siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar ideal ( 75 % ketuntasan belajar).Akan diusahakan meningkat menjadi 20 orang ( 83.33 % ) dengan menerapkan model pembelajaran komparasi
Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada tahap ini peran pengamat sangat diperlukan karena hasil pengamatan berupa jurnal pengamat akan dijadikan masukan dasar dalam melakukan tindakan pada siklus berikunya.Adapun yang menjadi sasaran utama pengamatan sehubungan penetapan indikator kinerja adalah kemampuan siswa untuk mengetahui, memahami sekaligus menyampaikan dan menerapkan konsep pembelajaran kedalam situasi konkrik, disamping pengamatan tentang penerapan proses pembelajaran dengan model komparasi.
3. Siklus II
Seperti halnya dengan tahap siklus II maka kegiatan yang dilaksanakan merupakan tahapan tindak lanjut dari tahapan siklus I.Oleh karena itu pelaksanaanya dokumen hasil ketuntasan belajar siswa tetap dianalisis untuk menetapkan tindakan selanjutnya
Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran pada siklus peran pengamat masih tetap diperlukan karena hasil pengamatan berupa jurnal pengamat akan dijadikan masukan dasar dalam melakukan penetapan tindakan perbaikan serta mengetahui kekuatan dan kelemahan proses kegiatan yang dilaksanakan. Pada siklus sasaran utama pengamatan masih bersifat sama dengan siklus I akan tatapi dalam siklus 2 sudah mempertimbangkan pula hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I




3.1.3. Data / Instrumen Penelitaian Perbaikan Pembelajaran
a. Sumber data/instrumen : Siswa dan seluruh karakteritik yang berhubungan dengan penelitian perbaikan pembelajaran
b. Jenis data/instrumen : Ketuntasan belajar siswa sebelum dan
sesudah perbaikan pembelajaran
c. Proses /Cara pengabilan data :
- Hasil ketuntasan belajar siswa dalam memahami konsep pembelajaran hubungan gaya, gerak dan energi
- Proses perbaikan pembelajaran dengan tekhnik model pembelajaran komparasi yang diperoleh melalui observasi
3.1.4. Refleksi
Pada tahap repleksi semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumen evaluasi hasil belajar siswa dianalisis secara kuatitatif maupun secara kulaitatif dan hasilnya digunakan untuk merefleksi diri terhadap kinerja proses perbaikan pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan telah dapat mendukung pencapaian ketuntasan belajar siswa atau tidak. Disamping itu pula hasil analisis terhadap dokumen hasil belajar dan observasi digunakan pula jurnal yang dibuat selosai melakukan kegiatan pembelajaran.Data hasil jurnal digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi diri dalam merencanakan siklus berikutnya.










BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Pontolo Kelas V Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang. Dalam penelitian ini yang menjadi peneliti adalah guru kelas V pada sekolah dimaksud serta dibantu oleh teman sejawat guru kelas VI dan Kelas IV yang merupakan mitra kerja dalam pelaksanakan penelitian.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang sebelumnya dilaksanakan prasiklus terhadap subyek penelitian yang merupakan dasar dalam pelaksanaan penelitian ini.
4.1.1. Pra siklus
Dalam kegiatan Pra siklus telah dianalisis dokumen rata – rata hasil belajar siswa selama 2 kali ulangan formatif, yang memberikan kesan tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa terhadap materi ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari. Selanjutnya secara rinci dokumen hasil belajar siswa tersebut sebagai berikuit :
Tabel 2
Hasil analisis ketuntasan Belajar Siswa pada tahap Pra Siklus
No Tingkat Ketuntasan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
( % ) Ketuntasan Belajar ideal ( % )
1 Tuntas 7 29.17 % 75
2 Tidak Tuntas 17 70.83 % 0
Jumlah 24 100 75


Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahua Alam terdapat 7 orang siswa atau 29.17 % dari 24 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan sebanyak 17 orang atau 70.83 % yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hal inilah yang memotivasi penulis untuk perlunya melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran komparasi sehingga 7 orang siswa ( 29.17 % ) yang telah mencapai ketuntasan belajar akan meningkat menjadi 20 orang (83.33 %)
4.1.2. Siklus I
Tabel 2
Hasil analisis ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No Tingkat Ketuntasan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
( % ) Ketuntasan Belajar ideal ( % )
1 Tuntas 11 45.83 % 75
2 Tidak Tuntas 13 54.17 %
0
Jumlah 24 100 75

Dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa sebagaimana pada tabel 2 telah terjadi peningkatan prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari prosentase ketuntasan awal siklus , dimana telah terdapat 11 siswa (45.83 ) yang
telah mencapai Ketuntasan Belajar sedangkan 17 orang ( 54.17 %), dari 24 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
Memperhatikan hasil analisis ketuntasan belajar sebagaimana dalam uraian ini maka ditetapkan perbaikan pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. Hal ini didasari oleh adanya indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni jika dari 7 orang ( 29.17 % ) akan meningkat menjadi 20 0rang ( 83.33 %) dari 24 siswa belum tercapai
Dari jurnal pengamat diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa untuk mengetahui sekaligus menyampaikan konsep pembelajaran yang diingatanya masih sangat rendah
2. Siswa masih perlu arahan dan bimbingan tekhnis dalam percobaan penerapan pemahaman konsep pembelajaran kedalam situasi konkrik tentang hubungan gaya, gerak dan energi
3. Motivasi siswa untuk terlibat dalam penemuan konsep masih rendah
Selanjutnya dari hasil refleksi terungkap beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni :
1. Intensitas Penguasan kelas perlu ditingkatkan,hal ini menghindari kondisi pembelajaran akan ribut
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam percobaan perlu divariasikan,hal ini menghindari kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar
4.1.3. Siklus II
Dalam kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh hasil ketuntasan belajar sebagai berikut :


Tabel 3
Hasil analisis ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
No Tingkat Ketuntasan Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
( % ) Ketuntasan Belajar ideal ( % )
1 Tuntas 22 91.67 %
75
2 Tidak Tuntas 2 8.33 %
0
Jumlah 24 100 75

Dari hasil analisis ketuntasan belajar siswa sebagaimana pada tabel 3 telah terjadi peningkatan prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari prosentase ketuntasan pada siklus II , yakni telah terdapat 22 siswa ( 91.67 %) yang telah mencapai Ketuntasan Belajar sedangkan 2 orang ( 8.33 % ), dari 24 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
Selanjutnya Memperhatikan hasil analisis ketuntasan belajar sebagaimana dalam uraian ini maka nampak indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni jika dari 7 orang ( 29.17 % ) akan meningkat menjadi 20 0rang ( 83.33 %) dari 24 siswa telah tercapai walaupun belum 100 % ketuntasan yakni masih 2 orang siswa ( 8.3 % ) dari 24 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan
Selanjutnya dari jurnal pengamat diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
1. Telah terjadi peningkatan kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan konsep pembelajaran kedalam situasi konkrik
2. Situasi pembelajaran masih sama dengan situasi pada siklus sebelum
4.1.4. Analisis Rata – Rata Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa
Tabel 4
Analisis Rata – Rata ketuntasan Belajar Siswa
No Hasil Analisis Jumlah Siswa Ketuntasan Belajar
( % ) Peningkatan Ketuntasan Belajar ( % )
Tuntas Tidak Tuntas
1 Prasiklus 24 29.17 % 70.83 % 0
2 Siklus I 24 45.83 % 54.17 %
16.67

3 Siklus II 24 91.67 %
8.33 %
45.83


Dari hasil analisis pada tabel 4 diatas bahwa pada Siklus I mencapai rata – rata 45,83 % atau meningkat 16.67 % dari hasil analisis prasiklus.Selanjutnya siklus II mencapai rata – rata 91 .67 % atau meningkat 45.83 % dari hasil analisis ketuntasan belajar pra siklus dan siklus I.
Hal ini membuktikan terjadi peningkatan dalam setiap siklus,sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada setiap siklus perbaikan pembelajaran.
4.2 . Pembahasan
Adapun yang menjadi indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian yang telah ditetapkan adalah jika jumlah siswa mengalami peningkatan pemahaman dari 7 orang ( 29.17 %) yang telah mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 20 0rang ( 83.33 % ) dari 24 siswa
Berdasarkan ketetapan tersebut penelitian ini menunjukkan hasil sebagaimana terlampir pada analisis Pra Siklus terdapat 7 orang siswa atau 29.17 % dari 24 siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan sebanyak 17 orang atau 70.83 % yang belum mencapai ketuntasan belajar.Siklus I terdapat 11 siswa (45.83 ) yang telah mencapai Ketuntasan Belajar sedangkan 17 orang ( 54.17 %), dari 24 orang siswa belum mencapai ketuntasan belajar.Siklus II terdapat 22 siswa ( 91.67 %) yang telah mencapai Ketuntasan Belajar sedangkan 2 orang ( 8.33 % ), dari 24 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
Dari hasil analisis penelitian persiklus menunjukkan bahwa indikator kinerja tercapai karena rata – rata ketuntasan belajar siswa mencapai 91.67 % dari hasil ketuntasan belajar pada pra siklus.Selanjutnya dari jurnal pengamatan dan Refleksi diperoleh data bahwa rendah tingkat pemahaman siswa dalam konsep hubungan gaya, gerak dan energi, sehingga pada siklus I dilaksanakan strategi penerapan model pembelajaran komparasi dengan memfokuskan starategi pada beberapa aspek yakni :
1. Memberian motivasi dan bimbingan kepada siswa dalam penemuan konsep pembelajaran
2. Pemberian penguatan dan bimbingan tekhnis pada siswa dalam melakukan percobaan dan mengkomunikasikan konsep pembelajaran kedalam situasi konkrik
Dari kegiatan tersebut maka pada siklus I terjadi perubahan peningkatan yakni meningkatnya jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sekalipun masih terdapat kelemahan penerapan model pembelajaran Komparasi yakni kurang penguasan situasi kelas sehingga pada saat siswa melakukan percobaan situasi kelas ribut
Selanjutnya pada kegiatan siklus II dilakukan upaya – upaya perbaikan terhadap kelemahan pada siklus I yakni dengan memvariasikan alat percobaan tentang hubungan gaya, gerak dan energi, sehingga siswa pada umumnya terpusat pada kegiatan percobaan.Disamping itu memberian motivasi dan bimbingan tekhnis penerapan konsep pembelajaran lebih ditingkatkan
Dalam pelaksanaan kegiatan Siklus II telah terjadi peningkatan yang menunjukkan tercapainya indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni sesuai analisis terdapat 22 siswa ( 91.67 %) yang telah mencapai Ketuntasan Belajar
Dari hasil analisis capaian ini dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Komparasi ketuntasan belajar siswa dapat ditingkatkan.
























BAB V
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa telah tercapai secara signifikan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan yakni apabila dari 7 orang ( 29.17 % ) menjadi 20 0rang ( 83.33 %) dari 24 siswa kelas V telah tercapai bahkan hal ini melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan semula yakni pada siklus II jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 22 orang atau sebesar 91.67 % .Sehingga dengan demikian penerapan model pembelajaran Komparasi terbukti dapat meningkatkan dan mencapai ketuntasan belajar
3.2. Saran TindakLanjut
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka dapat dikemukakan saran tindak lanjut sebagai berikut :
1. Refleksi terhadap kinerja pembelajaran perlu dilaksanakan guru pada setiap selosai melaksanakan pertemuan kegiatan pembelajaran, sebab dengan kegiatan ini segala kelemahan dan kelebihan kegaiatan pembelajaran yang dikembangkan dapat diketahui dan ditindak lanjuti kearah peningkatan
2. Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya mengembangkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteritik siswa,materi dan

kondisi lingkumgan sebab dengan pengembangan media pembelajaran siswa akan belajar dengan pendukung pembelajaran yang lebih bersifat konkrik sehingga dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang bermakna




DAFTAR PUSTAKA

Drs H Udin S Winata Putra , : 2007 Strategi Belajar Mengajar, UT Jakarta

Drs Agus Taufik MPd : .2007,Pendidikan Anak Di SD, UT Jakarta

Drs.Nono Sutarno MPd : 2007 Materi dan pembelajaran IPA SD UT Jakarta

Suprayekti : 2007 Pembaharuan Pembelajaran DI SD.

Igak Wardani : 2007 Penelitian Tindakan Kelas

Frof Dr.Nana Syaodih : Metode Penelitain Pendidikan

Ela Yulaelawati : 2006 Kurikulum Dan Pembelajaran ,Pakar Raya,Jakarta.



















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : V ( LIMA )
Semester : II ( Dua )
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
 STANDAR KOMPOTENSI
Energi dan perubahanya
Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan
sehari – hari
 KOMPOTENSI DASAR
Mendeskripsikan energi panas dan energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar, serta sifat – sifatnya.
 INDIKATOR
 Mengidentifikasi berbagai bentuk energi seperti energi gerak, energi panas dan energi bunyi.
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran selesai siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian energi
2. Mendemonstrasikan 3 bentuk energi dalam lingkunganya.
3. Memberikan 3 contoh energi dalam kehidupan sehari – hari
II. MATERI POKOK
 Bentuk – bentuk energi
 Energi dan perubahanya
III. METODE PEMBELAJARAN
 Ceramah
 Tanya jawab
 Pemberian tugas
 Demonstrasi
 Diskusi
IV. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal (10 ’)
 Berdoa bersama
 Mengecek kehadiran siswa
 Memberikan apersepsi
Apa sebab kalian sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah ?
Apa akibatnya jika kalian tidak makan dalam waktu lama ?
2. Kegiatan Inti
- Siswa Mendemonstrasikan :
 Membuka dan menutup pintu kelas
 Menjatuhkan bola kelantai
 Menggosokkan dua telapak tangan
- Tanya jawab tentang hal – hal yang berhubungan dengan kegiatan/demonstrasi
- Mengarahkan jawaban siswa, supaya lebih terfokus pada pengertian ”Energi”
- Mengadakan percobaan untuk lebih membuktikan bahwa energi dapat berubah bentuk
- Untuk pelaksanaan percobaan, alat dan bahan telah dipersiapkan oleh setiap kelompok
- Prosedur pelaksanaan, guru membagikan LKS ( Lembar Kerja Siswa ) yang memuat :
- Nama Kelompok :
- Judul Percobaan :
NO KEGIATAN ENERGI GERAK ENERGI PANAS ENERGI BUNYI KET
1

2.
3.
4.
5.

6. Menarik kereta / mobil – mobilan
Mendorong meja
Menyalakan korek api
Menyalakan lilin
Memetik karet gelang yang dipasang pada kaleng bekas
Memukul kaleng bekas
Kesimpulan :








- Langkah – langkah percobaan dipandu oleh guru sesuai kegiatan pada LKS
- Siswa melakukan kerja kelompok sesuai petunjuk LKS
- Guru membimbing kelompok dalam kegiatan diskusi
- Wakil siswa melaporkan hasil kerja kelompok dan dibacakan didepan kelas.
- Kelompok yang lain diminta untuk menanggapi setiap laporan yang telah dibacakan
- Guru dan siswa membuat kesimpulan akhir dari hasil kerja kelompok
- Siswa mencatat rangkuman pembelajaran mereka
3. Kegiatan Akhir ( 10 ’ )
 Mengadakan evaluasi
 Tindak lanjut, memberikan PR
 Menutup pelajaran dengan berdoa

V. ALAT DAN SUMBER
Alat :
 Mainan kereta atau mobil – mobilan
 Tali
 Korek api
 Karet gelang
 Lilin
 Pemukul
 Kaleng bekas
 Meja murid
Sumber : Ilmu Pengetahuan Alam SD / MI Kelas IV Hal. 98 - 99
Penerbit : Aneka Ilmu
Pengarang : Khamin, Supodo, Arif Ismiadi Rahman
VI. PENILAIAN
 Evaluasi
- Tes Tertulis
- Tes Perbuatan ( Dilaksankan pada saat kegiatan kelompok ) lembar penilaian disiapkan oleh guru




TES TERTULIS
Jawablah pertanyaan – pertanyaan berikuti !
1. Untuk apa kita makan ?
2. Sebutkan 3 contoh bentuk energi
3. Tulislah 3 cara energi panas dapat berpindah
4. Sebutkan 2 mamfaat energi panas bagi kehidupan manusia
5. Sebutkan 3 contoh benda yang dapat mengeluarkan bunyi

NO
KUNCI JAWABAN
SKOR
KETERANGAN
1 Supaya kita dapat tenaga 2





SKOR PEROLEHAN
NA =
SKOR KASIMUM
2 1. Energi Panas
2. Energi Bunyi
3. Energi Alternatif 2
3 a. Konduksi
b. Konveksi
c. Radiasi 2
4 a. Mengeringkan pakaian
b. Menyetrika pakaian
c. Memasak makanan 2
5 a. Radio
b. Ayam berkokok
c. Tape recorder 2

SKOR MAKSIMAL
10

PENERAPAN KONSEP
Siswa diberi PR sebagai berikut
1. Mengapa kendaraan dapat berjalan ?
2. Apakah sinar matahari sebagai sumber energi ?
Berikan 1 contoh





Lampiran
Format Kesediaan Sebagai Teman Sejawat dalam Penyelenggaraan PKP
Kepada
Kepala UPBJJ – UT Gorontalo
Di –
Gorontalo

Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :
Nama : ADHA PONGOLIO,S.Pd
NIP : 198402202010011003
Tempat Mengajar : SDN 1 Pontolo
Alamat Sekolah : Desa Pontolo Kec.Kwandang. Kab. Gorontalo Utara
Telepon :
Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat sejawat untuk mendampingi dalam pelaksanaan PKP atas nama
Nama : NURHAYATI M.DUNGGIO
NIM : 814437549
Tempat Mengajar : SDN 1 Pontolo
Program Studi : S1 - PGSD
Alamat Sekolah : Desa Pontolo Kec.Kwandang. Kab. Gorontalo Utara
Telepon :
Demikian agar surat peryataan ini dapat digunakan sebagai mestinya.


Kwandang, April 2010
Mengetahui
Kepala Sekolah Teman Sejawat




SUHARTI LAMATO,S.Pd ADHA PONGOLIO ,S.Pd
NIP. 196705201988022001 NIP.198402202010011003

SURAT PERNYATAAN



Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : NURHAYATI M.DUNGGIO
NIM : 814437549
UPBJJ – UT : Gorontalo

Menyatakan Bahwa :
Nama : ADHA PONGGOLIO,S.Pd
Tempat Mengajar : SDN 1 Pontolo :
Guru Kelas : V ( Lima )

Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran, yang merupakan tugas mata kuliah PDGK 4904 Pemantapan Kemampuan Profesional.

Demikian peryataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.





Kwandang, April 2010
Yang Membuat Peryataan
Teman Sejawat Mahasiswa




ADHA PONGOLIO ,S.Pd NURHAYATI M.DUNGGIO
NIP. 198402202010011003 NIM. 814437549

CURRICULUM VITAE


4. IDENTITAS
1. Nama : NURHAYATI M.DUNGGIO
2. NIM : 814437549
3. Tempat Tanggal Lahir : Kwandang, 11 Januari 1985
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Angkatan : 2008.1
7. Jurusan : S1 – PGSD
8. Status : Mahasiswa
9. Alamat : Desa Leboto. Kec. Kwandang. Kab. Gorut
10. Tempat Tugas : SDN 1 Pontolo

5. Riwayat Hidup
A. Pendidikan Formal
1. SDN Inpres Leboto 1998
2. SMP Negeri 2 Kwandang 2001
3. SMA 1 Kwandang 2004
4. D2 PGSD Tahun 2007